Minggu, 25 Desember 2016

Strategi Pengajaran

Wiriatmadja (2002:276), guru harus selalu memperbaharui keterampilannya profesionalnya. Diantara kemahiran guru yang selalu perlu ditingkatkan adalah kemampuan mengajarnya. Melalui pelatihan lokakarya, seminar, atau pertemuan-pertemuan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), dan lain-lain. Kemahiran-kemahiran itu dapat dapat diupayakan dan diperoleh dengan mendatangkan narasumber.
Nana Supriatna (2002:18) menyebutkan terdapat beberapa strategi dalam mengajarkan keterampilan sosial kepada peserta didik melalui IPS, diantaranya adalah cooperative learning, konstruktivistik dan inquiry. Pertama, Wiriatmadja (2002:277) juga menyebutkan salah satu aspek dari kemahiran mengajar guru IPS yang dituntut untuk ditingkatkan dengan masuknya arus globalisasi adalah menyajikan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan model-model pembeleajaran yang relevan dengan apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya dengan cooperative learning, maka pembelajaran IPS tidak semata-mata menghafal fakta, konsep, dan penegtahuan yang bersifat kognitif rendah lainnya serta guru sebagai satu-satunya sumber informasi, melainkan akan membawa siswa untuk berpartisipasi aktif, karena mereka akan diminta melakukan berbagai tugas seperti bekerja secara berkelompok, melakukan inquiry, dan melaporkan hasil kegiatannya.
Ini berarti bahwa guru bukan satu-satunya yang memberikan informasi karena siswa akan mencari sumber yang beragamdan terlibat dalam berbagai kegiatan yang beragam pula. Sedangkan peran guru harus bertindak sebagai fasilitator dalam semua kegiatan, ia juga harus mengamati proses pembelajaran untuk memberikan penilaan (assrsement), tidak hanya untuik perolehan pengetahuan IPSan produk saja, melainkan menilai keterampilan sosial siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung (process), yang mencakup penilaan untuk ranah afektif dan psikomotornya.
Kedua, strategi serta pendekatan konstruktivisme yang menempatkan siswa sebagai mitra pembelajaran dan pengembangan materi pembelajaran dapat digunakan oleh guru IPS dalam mengembangkan keterampilan sosial. Keterampilan siswa dalam memperoleh, mengolah dan memanfaatkan informasi untuk memiliki, berdayakan dirinya dapat dilakukan melalui proses pembelajaran dikelas. Guru IPS yang konstruktivistis harus dapat memfalitasi para siswanya dengan kesempatan untuk berlatih dalam mengklasifikasi, menganalisis dan mengolah informasi berdasarkan sumber-sumber yang mereka terima. Sikap kritis siswa terhadap informasi harus dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran dikelas. Guru juga harus selalu membiasakan siswa untuk meprediksi, mengklasifikasi, dan menganalisis, dengan demikian aspek kognitif siswa yang dikembangkan tidak hanya keterampilan dalam menghafal dan mengingat, melainkan juga menganalisis, memprediksi, mengkritisi, dan mengevaluasi informasi yang mereka terima.
Di era globalisasi ini sumber-sumber informasi yang tidak terbatas dapat digunakan sebagai materi pembelajaran IPS untuk mengembangkan keterampilan yang terkait dengan informasi tersebut. Kemajemukan informasi berdasarkan sumber serta keobjektivitasan dan kesubjektivitasan merupakan bahan yang menarik untuk mengembangkan keterampilan tersebut didalam kelas.
Ketiga, menurut Marsh Colin dalam Supriatna (2002:19), strategi inquiry menekankan peserta didik menggunaklan keterampilan sosial dan intelektual, strategi ini menekankan peserta didik menggunakan keterampilan intelektual dalam memperoleh pengalaman baru atau informasi baru melalui investigasi yang sifatnya mandiri. Dengan demikian keterampilan memperoleh informasi baru berdasarkan pengetahuan mengenai informasi atau pengalaman belajar sebelumnya merupakan kondisi baik untuk mengembangkan keerampilan yang terkait untuk menguasai informasi.


"Daftar pustaka"
Gunawan Rudy, (2013). Pendidikan IPS filosofi konsep dan aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar