Minggu, 25 Desember 2016

Rangkuman Kritik Akal Budi Praktis


Dalam buku kritik Atas Akal Budi Praktis Immanuel Kant yang bertujuan membuktikan adanya sebuah akal budi praktis yang murni, dan untuk melakukannya buku ini mengkaji seluruh kemampuan pratis akal budi secara kritis. Kemampuan akal budi praktis yang murni juga menguatkan adanya kebebasan transedental. Kebebasan sangat diperlukan oleh akal budi sejauh keberadaannya dapat dibuktikan oleh hukum apodiktik (sangat pasti) akal budi prakis, menjadi dasar dari seluruh arsitektur sistem akal budi murni dan bahkan akal budi spekulatif.
Fungsi teoritis akal budi berkenaan dengan objek-objek dari kemampuan kognitif semata, dan kajian kritis tentang kemampuan ini dengan mengac kepada fungsi tersebut benar-benar hanya berkenaan dengan kemampuan kognitif murni. Dan ini sangat berlainan dengan fungsi praktisnya akal budi yang berkenaan dengan dasar-dasar yang menentukan kehendak, yakni sebuah kemmpuan yang melahirkan objek-objek yang berhubungan dengan konsepsi-konsepsi, atau menentukan dirinya sendiri yaitu kausalitasnya untuk mempenaruhi objek-objek tersebut (terlepas dari apakah kekuatan fisik mendukungnya atau tidak).
Objek tunggal akal budi praktis adalah kebaikan dan kejahatan. Kebaikan dipahami orang sebgai satu objek yang selalu ada dalam hasrat, dan kejahatan dipahami orang sebagai satu objek yang selau ada dalam kebencian, dan keduanya didasarkan atas prinsip akal budi. Jika konsep kebaikan tidak berasal dari hiukum praktis, namun justru berfungsi sebagai dasar kejahatan, hal ini hanya bisa menjadi konsep sesuatu yang eksistensinya menjanjikan kebahagiaan sehingga menentukan kausalitas objek  (hasrat) dalam menghasilkannya. Jadi konsep tentang kebaikan hanya akan mengacu kepada hal-hal yang diasosiasikan dengan sensasi kebahagiaan, dan konsep kejahatan sudah pasti dikaitkan dengan hal-hal yang secara langsung merangsang penderitaan, karena penilaian tentang kaitan sarana dengan tujuan benar-benar menjadi bagian dari akal budi. Namun kebaikan atau kejahatan selalu mengindikasikan satu relasi dengan kehendak sejauh kehendak itu ditentukan oleh hukum akal budi untuk menjadikan sesutu sebagai objeknya, karena kehendak tidak pernah secara langsungditentukan oleh objek dan konsepsi kita atasnya. Namun kehendak adalah satu kemampuan yang dapat menciptakan sutu objek menjadi nyata. Jadi kebaikan atau kejahatan sebenarnya mengacu kepada tindakan bukan kepada kondisi sensorik seseorang.
Inilah tempat bagi penjelasan paradoks metode dalam satu telaah kritis atas akal budi praktis. Paradoknya adalah bahwa konsep kebaikan dan kejahatan tidak didefinisikan sebelum hukum moral, yang tampaknya kedua konsep tersebut akan menjadi dasar, justru konsep kebaikan dan kejahatan harus didefinisikan setelah dan dengan hukum. Hukum moral sebagai suatu dasar penentu formal tindakan melalui akal budi murni praktis, dan terlebih lagi sebagai sutu materi meskipun sepenuhnya menjadi dasar penentu yang murni objektif dari objek tindakan (dengan sebutan kejahatan dan kebaikan), juga merupakan satu dasar subjektif determinasi. Hukum moral, kenyataannya ditujukan kepada kehendak dari apa sempurna hukum kesuciaan. Kehendak setiap mahluk rasional dalam jumlah terbatas, adalah hukum kewajiban, hambatan moral, dan menjadi determinasi tindakannya melalui penghargaan terhadap hukum dan penghargaan atas kewajibannya. Dengan demikian, penghargaan terhadap hukum bukan merupakan pendorong moralitas dan moralitas itu sendiri, yang secara subjektif dipandang sebagai satu pendorong sebagaimana yang dilakukan oleh akal budi praktis, dengan menolak semua klaim lawan tentang cinta diri, memberikan otoritas dan kedaulatan mutlak kepada hukum.
Sifat dasar pendorong dasar akal budi praktis murni adalah hukum moral murni itu sendiri, selama dia memberikan kita mempersepsikan keindahan eksistensi di indrawi kita dan secara subjektif memengaruhi penghargaan terhadap posisi tertinggi mereka dalam diri manusia yang sadar akan eksistensi indrawinya dan sadar akan ketergantungannya terhadap sifat yang dipengaruhi secara patalogis. Jadi kritik atas analitika akal budi, jika ini menjadi akal budi praktis harus dimulai dari kemungkinan adanya prinip-prinsip a priori fundamental praktis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar