Kamis, 22 Desember 2016

Pengembangan Pendidikan IPS di Masyarakat


Pendidikan IPS yang selama ini terkesan berjalan di tempat, masih belum mendapatkan posisi yang membanggakan ditengah arus globalisasi. Menghadapi fenomena ini, pendidikan IPS idealnya harus responsif dan menata diri berhadapan dengan globalisasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, apabila PIPS tetap ingin eksis dan mempunyai kedudukan yang berarti bagi umat manusia, diantaranya :
1.    Pembaharuan kurikulum PIPS hendakinya bukan sekedar tambal sulam, tetapi lebih bersifat interdisipliner, dan berorientasi pada ‘Functional Knowledge’ serta aspirasi kebudayaan indonesia dan nilai nilai agama.
2.    Pengajar harus mampu menyajikan pengajaran atau pembelajaran yang bersifat interdisiplin, berperan sebagai fasilitator pembelajar, dan menjadi problem solvet baik di kampus atau sekolah maupun di tengah-tengah masyarakat.
3.    Membangun hubungan secara sinergis antara LPTK, praktisi pendidikan, sekolah, pembuat kebijakan pendidikan, serta berbagai elmen Environment guna melakukan sharing untuk menyusun kurikulum yang integratif dan responsif terhadap permasalahan-permasalahan real, baik lokal, regional, nasional maupun internasional.
4.    Kurikulum PIPS mampu membuat estimasi kehidupan yang akan berlangsung 30-50 tahun yang akan datang dan paradigma kurikulum PIPS harus berorientasi kemasa depan.
Pendidikan IPS sebagai synthetic discipline berusaha mengorganisasikan dan mengembangkan subtansi ilmu ilmu sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. PIPS mempunyai peran penting dalam membangun identitas nasional untuk menjadikan peserta didik yang kreatif, mampu memecahkan diri dan lingkungannya serta menjadi warga negara yang baik dan bermoral. Ditengah iklim globalisasi, PIPS tetap diperlukan baik sebagai penopang identitas nasional, maupun problem solver masalah-masalah lokal, regional, nasional, dan global.
Pengembangan masyarakat menurut (Suharto,2009, hal.38) memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut Sapriya, (2009.176) bahwa pengembangan pips dimasyarakat adalah salah satunya dengan pengembangan partisipasi sosial, dimana topik utama dari pengembangan partisipasi sosial ini yaitu pengembangan kepekaan sosial dan menerapkan strategi pengembangan strategi sosial.
Dalam pengembangan PIPS dimasyarakat diantaranya:
a.    Kurikulum pembelajaran IPS dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk belajar mengkaji dan menganalisis tentang isu isu kemasyarakatan dan akibat akibat dari kemajuan ilmu dan teknologi.
b.    Dalam pembelajaran harus lebih terkait dengan keadaan masyarakat dimana ia tinggal
c.    Pola pikir PIPS dimasyarakat mempunyai sikap mental yang kondusif dan siap menerima pembaharuan dan moderenisasi antara lain:
1)   Senantiasa berorientasi ke masa depan.
2)   Senantiasa berhasrat memanfaatkan dan mengembangkan lingkungan demi peningkatan kesejahteraan hidup.
3)   Senantiasa menilai tinggi pada suatu prestasi.
4)   Mampu menilai tinggi usaha pihak lain yang meraih prestasi atas kerja kerasnya sendiri.
Pengembangan pendidikan IPS dimasyarakat sudah mengalami kemajuan pesat dan kini sudah digandrungi oleh banyak orang karena materi materi dalam IPS adalah ilmu yg mencakup segala aspek kehidupan kita sebagai mahluk sosial, saat sekolah menengah pertama, IPS sudah dijadikan studi fokus sebagai jurusan pilihan, namun di tingkatan sekolah mengengah pertama, Jurusan IPS seringkali kalah peminat dibandingan jurusan IPA, namun saat di perguruan tinggi, saya lihat jurusan sosial lebih banyak diminati, namun tetap saja, kebanyakan orang tua menyuruh anaknya untuk mengambil prodi IPA saat SMA karena mungkin mereka pikir di jurusan IPA lebih banyak peluang untuk jenjang selanjutnya, namun kenyataannya tidak demikian, baik IPA ataupun IPS tetap memiliki porsi, Kekurangan dan kelebihannya masing masing.

"Daftar Pustaka"
 Rachmah uriah, 2014. Pengembangan profesi pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar