Senin, 26 Desember 2016

Etika Sunda

 Dalam bentuk formalnya, etika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari prinsip-prinsip moral tentang hal yang baik dan hal yang buruk serta kewajiban moral manusia sebagai individu, anggota masyarakat, dan makhluk Tuhan. Sesusun etika dengan sendirinya berkaitan dengan pandangan dunia atau kosmologi dan pandangan hidup. Dalam pandangan-pandangan itu terkandung anggapan-anggapan dasar mengenai keberadaan manusia dan tujuan hidupnya. Setiap pandangan tidak berada di ruang hampa, melainkan selalu berada di lingkungan budaya tertentu. Adapun di setiap lingkungan budaya selalu ada konvensi masyarakat atau kesepakatan kolektif yang sedikit banyak mempengaruhi kehidupan mereka. Kesepakatan kolektif lazimnya dipelihara dan dikembangkan secara turun temurun sehingga mempertegas ciri khas lingkungan budaya tersebut. Hal itu kita sebut adat-istiadat. Dengan kata lain, adat-istiadat atau tradisi adalah hasil konvensi masyarakat di ruang dan waktu tertentu mengenai hal yang baik dan hal yang buruk atau tata cara berperilaku yang dipelihara dan dikembangkan secara turun temurun.
Etika Sunda Di lingkungan budaya Sunda ada ungkapan ciri sabumi cara sadésa. Secara harfiah, ungkapan tersebut menekankan bahwa di setiap lingkungan ada ciri dan cara tersendiri yang mempengaruhi tindak tanduk para penghuninya. Jika ungkapan ini dikaitkan dengan bidang etika, dapat dikatakan bahwa pada orang Sunda pun ada kesadaran bahwa di setiap lingkungan budaya, tak terkecuali lingkungan budaya Sunda, tentu ada prinsip-prinsip etis tersendiri yang diterima oleh para penghuni lingkungan tersebut. Dalam kaitan dengan hal itu, orang dapat memakai istilah etika Sunda, yang mengacu pada prinsip-prinsip umum di bidang etika yang tumbuh dan berkembang di lingkungan budaya Sunda. Prinsip-prinsip tersebut merupakan hasil kreativitas orang Sunda dalam adaptasinya terhadap keadaan lingkungannya dan keadaan zamannya. Tentu, etika Sunda tidak dapat dilepaskan dari pandangan dunia dan pandangan hidup orang Sunda. Misalnya, dalam hal pandangan dunia, secara tradisional orang Sunda melihat adanya tiga lapis jagat, yakni buana luhur (jagat atas), buana panca tengah (jagat tengah) dan buana larang (jagat bawah). Umat manusia dilihat sebagai penghuni buana panca tengah. Sementara dalam hal pandangan hidupnya, orang Sunda berpendirian sineger tengah.

"reverensi pdf tentang etika sunda dan buku bacaan lainnya".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar