BEREBUT KONTROL ATAS KESEJAHTERAAN
PARADOKS
DEMOKRASI POPULIS
TANTANGAN
MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN PASCAKONFLIK DI POSO
M. Nur Alamsyah
Sulawesi
Tenggara, Poso daerah yang didalamnya terdapat penduduk pribumi dan pendatang
serta adanya umat muslim dan nasrani yang terlibat konflik berkepanjangan.
Banyak kekerasan yang terjadi akibat persaingan dalam rekrutmen jabatan politik
yang tidak adil dan tidak terbuka, dan disamping adanya jurang kesenjanagan
ekonomi antara penduduk lokal dan pendatang. Setelah era Reformasi para
pemimpin daerah serta pihak yang berkuasa tidak banyak memberikan perubahan
signifikan pada pembangunan, terutama dalam hal pelayanan publik dan keadilan
sosial. Poso daerah yang mendapat peringkat dua termiskin ini terjadi karena
semua sumber daya alam dikuasai oleh pemilik modal para investor asing yang
bekerjasama dengan pemerintah yang mempunyai kekuasaan penuh didalamnya.
Konflik yang terjadi di Poso dikaitkan dengan konflik elit, yaitu perebutan
jabatan Bupati dan Sekretaris Daerah antara muslim dan nasrani ataupun antara
pendatang dan pribumi. Modal dikuasai oleh orang-orang yang berkuasa dan
mempunyai hubungan dengan pihak tersebut sehingga meskipun terdapat bantuan
modal, tetapi hanya untuk yang dekat-dekat dengan para penguasa ataupun
birokrat lokal, karena di Poso faktor kedekatan pada pihak yang berkuasa lebih
penting untuk memiliki segalanya dan melakukan apapun terhadap yang lemah.
Pemerintah
Kabupaten Poso merupakan kelanjutan sistem politik yang mewarisi dua keadaan
yaitu kekerasan dan konflik , bahkan pembantaian terorganisasi. Jika kita
melihat dari tiga pandangan atau paradigma tokoh sosiologi banyak perbedaan
yang timbul. Bagi Karl Marx kapital (modal) adalah uang yang menghasilkan uang
yang lebih banyak lagi, modal adalah uang yang ditanamkan dari pada digunakan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginan manusia. Itulah
yang terjadi di Poso uang dan orang yang memiliki kekuasaanlah yang jaya
sedangkan rakyatnya sendiri mengalami kesengsaraan dan miskin tanpa merasakan sumber
daya alam yang ia miliki dan tidak merasakan demokrasi yang sebenarnya.
Durkheim melihat ini secara solidaritas mekanik para rakyat Poso bersatu
melawan penguasa meski akhirnya kekerasan, konflik serta pembantaian merajalela
tanpa ada hentinya dan durkheim juga membahas tentang keadilan sosial yang
dimana tugas masyarakat yang paling maju adalah suatu pekerjaan mewujudkan
keadilan, sebagaimana ide-ide masyarakat yang lebih rendah ialah menciptakan
atau memelihara sekuat tenaga kehidupan bersama, yang menyerap individu, begitu
jugalah cita-cita kita adalah membuat relasi-relasi sosial selalu lebih pantas,
sehingga menjamin perkembangan bebas seluruh kekuatan kita yang bermanfaat
secara sosial. Akan tetapi yang dirasakan masyarakat Poso tidak seperti
demokrasi yang sebenarnya mereka tidak mendapatkan kaedilan sosila seperti
halnya yidak terpenuhinya kebutuhan publik, yang terkait keamanan dan pelayanan
dasar rakyat untuk memenuhi kebutuhan publiknya.
Max
Weber berpendapat bahwa kapitalisme paham yang baik yang dapat mensejahterakan
manusia dan juga tentang tindakan sosialnya yang tindakan didalam arti
orientasi prilaku yang dapat dipahami secara subjektoif, ada hanya sebagai
prilaku seseorang atau lebih manusia individual. Dalam tindakan sosial ini
dalam daerah Poso ialah tindakan kekerasan dan penganiayaan yang terjadi serta
pembantain yang terorganisir. Weber juga membahas sebuah kelas, status dan
partai. Bagi Weber suatu kelas bukan suatu komunitas tetapi hanyalah sekelompok
orang didalam situasi ekonomi, atau pasar yang sama. Sedangkan status sendiri
didefinisikan sebagai setiap komponen khas kehidupan manusia yang ditentukan
oleh penaksiran sosial yang spesifik, positif atau negatif, atas kehotmatan.
Semenrata itu kelas ada didalam tatanan ekonomi dan kelompok-kelompok status
didalam tatanan sosial, dan partai-partai dapat ditemukan didalam tatanan
politik dan partai diorientasikan kepada pencapaian kekuasaan. Dari definisi
diatas mempunyai keterkaitan antara daerah Poso yang dimana orang-orang yang dekat dengan
penguasalah yang mendapatkan kesejahteraan dan status serta kelas yang tinggi
dibandingkan kelas bawah yang menderita akibat tidak dijalankannya demokrasi
yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar