Kamis, 22 Desember 2016

Model-Model Pembelajaran IPS


Model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti globe adalah model dari bumi tempat kita hidup. Model merupakan wakil dari sesuatu (Sapriya, 2000, hal. 74). Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman untuk para perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan serta melaksanakan akativitas pembelajaran. Model pembelajaran diartikan sebagai prosdur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajran sebagai blueprint yang dapat dipergumnakan untuk membimbing guru didalam mempersiapkan dan mlaksanakan pembelajaran, merupakan unsur yang penting untuk menjalankan kegiatan peserta didik di sekolah, dan merupakan interaksi peserta didik dengan pendidik didalam kelas yang menyangkut pendeketan setrategi, metode, teknik pembelajatran yang ditetapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dikelas.
 Ada dua fokus model disain pembelajaran untuk keterampilan berfikir ialah keterampilan berfikir keritis (Critical Thinking Skill) dan keterampilan berfikir kreatif (Creative Thinkin Skill). Pada hakikatnya, model desain pembelajaran merupakan alternatif model yg dapat dipilih guru untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar IPS. Prinsip model desain pembelajaran berfikir kritis dan kreatif memiliki beberapa kesamaan dengan inkuiri, ialah sama-sama untuk membantu anak berlatih berfikir dan memecahkan beberbagai masalah kehidupan pribadi siswa maupun kemayarkatan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap model desain pembelajaran inkuiri akan sangat membantu dalam memahami disain pembelajaran berfikir.
Dari kemampuan indidvidual untuk para peserta didik didalam Ilmu Pengetahuan Ssosial dalam memecahkan masalah-masalah pribadi maupun sosial menurut adanya pelayanan dari sekolah yang lebih khusus. Dalam hal ini belajar Ilmu Pengetahuan Sosial persekolahan memerlukan suatu stategi penbelajaran yang dapat memberikan kemampuan memecahkan masalah kepada para peserta didik secara individual. Berdasarkan data-data diatas maka pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial lebih baik menggunakan paradigma konstruktivisme, dengan alasan atau asumsi bahwa tujuan dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan proses dari konstruktuvisharuan dalam pendidikan Ilmu Pengetahuan me. Pembaharuan dalam pembelajaran Ilmu pengetahuan Sosial terus dilakukan dan bahan pembelajaran lebih banyak memperhatikan kebutuhan dan minat peserta didik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar