Senin, 26 Desember 2016

Resep Ceker Setan

Ceker setan adalah makanan khas dari kota Malang. Nama makanan ini sudah sangat terkenal dikota Malang, namun mungkin bagi anda yang didaerahnya belum terdapat makanan ini terdengarnya agak terasa asing. Makanan ini memiliki rasa yang pedas bahkan super pedas, itulah sebabnya makanan ini dinamakan ceker setan. Ceker yang digunakan untuk membuat makanan ini adalah ceker ayam yang masih segar dan berkualitas baik. Masakan yang satu dapat menjadikan kreasi baru dalam dapur anda. Cara membuatnya sangat mudah dan gampang, karena prosesnya tudak terlalu rumit yang anda bayangkan. Makanan ini dapat dijadikan sebagai lauk yang dapat dipadukan dengan nasi putih yang masih hangat. Akan semakin nikmat makanan ini jika dinikmati bersama dengan keluarga anda. Kali ini kami akan membantu anda dalam membuat masakan yang satu ini. Dibawah ini adalah proses cara pembuatan ceker setan yang super pedas.
Bahan – bahan
  • 1/2 kg ceker ayam yang sudah bersih
  • 2 lembar daun salam
  • 1 batang serai ( memarkan )
  • 2 cm lengkuas ( memarkan )
  • 2 cm jahe ( memarkan )
  • 2 lembar daun jeruk
  • garam secukupnya
  • gula pasir secukupnya
  • penyedap rasa secukupnya
  • air secukupnya
  • minyak untuk menumis secukupnya
  • 1 batang bawang daun polong ( iris halus )
Bumbu halus :
  • 3 buah cabe merah besar
  • 30 buah cabe rawit hijau
  • 1/4 sendok teh merica
  • 3 butir kemiri sangrai
  • 5 siung bawang putih
  • 5 butir bawang merah
Cara Membuat Ceker Setan Pedas :
  1. Tumis bumbu yang dihaluskan dengan sedikit minyak sampai harum
  2. Masukkan daun salam, daun jeruk, batang serai, lengkuas dan jahe, aduk sampai layu
  3. Tuang air secukupnya lalu diamkan sampai mendidih
  4. Masukkan ceker ayam kedalam air bumbu,tunggu sampai matang dan lunak hingga kuah menyusut
  5. Tambahkan garam, gula pasir dan penyedap rasa, aduk sampai tercampur rata dan matang
Ceker setan siap untuk dinikmati dengan ditaburi irisan bawang daun polong

Etika Sunda

 Dalam bentuk formalnya, etika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari prinsip-prinsip moral tentang hal yang baik dan hal yang buruk serta kewajiban moral manusia sebagai individu, anggota masyarakat, dan makhluk Tuhan. Sesusun etika dengan sendirinya berkaitan dengan pandangan dunia atau kosmologi dan pandangan hidup. Dalam pandangan-pandangan itu terkandung anggapan-anggapan dasar mengenai keberadaan manusia dan tujuan hidupnya. Setiap pandangan tidak berada di ruang hampa, melainkan selalu berada di lingkungan budaya tertentu. Adapun di setiap lingkungan budaya selalu ada konvensi masyarakat atau kesepakatan kolektif yang sedikit banyak mempengaruhi kehidupan mereka. Kesepakatan kolektif lazimnya dipelihara dan dikembangkan secara turun temurun sehingga mempertegas ciri khas lingkungan budaya tersebut. Hal itu kita sebut adat-istiadat. Dengan kata lain, adat-istiadat atau tradisi adalah hasil konvensi masyarakat di ruang dan waktu tertentu mengenai hal yang baik dan hal yang buruk atau tata cara berperilaku yang dipelihara dan dikembangkan secara turun temurun.
Etika Sunda Di lingkungan budaya Sunda ada ungkapan ciri sabumi cara sadésa. Secara harfiah, ungkapan tersebut menekankan bahwa di setiap lingkungan ada ciri dan cara tersendiri yang mempengaruhi tindak tanduk para penghuninya. Jika ungkapan ini dikaitkan dengan bidang etika, dapat dikatakan bahwa pada orang Sunda pun ada kesadaran bahwa di setiap lingkungan budaya, tak terkecuali lingkungan budaya Sunda, tentu ada prinsip-prinsip etis tersendiri yang diterima oleh para penghuni lingkungan tersebut. Dalam kaitan dengan hal itu, orang dapat memakai istilah etika Sunda, yang mengacu pada prinsip-prinsip umum di bidang etika yang tumbuh dan berkembang di lingkungan budaya Sunda. Prinsip-prinsip tersebut merupakan hasil kreativitas orang Sunda dalam adaptasinya terhadap keadaan lingkungannya dan keadaan zamannya. Tentu, etika Sunda tidak dapat dilepaskan dari pandangan dunia dan pandangan hidup orang Sunda. Misalnya, dalam hal pandangan dunia, secara tradisional orang Sunda melihat adanya tiga lapis jagat, yakni buana luhur (jagat atas), buana panca tengah (jagat tengah) dan buana larang (jagat bawah). Umat manusia dilihat sebagai penghuni buana panca tengah. Sementara dalam hal pandangan hidupnya, orang Sunda berpendirian sineger tengah.

"reverensi pdf tentang etika sunda dan buku bacaan lainnya".

Minggu, 25 Desember 2016

Rangkuman Kritik Akal Budi Praktis


Dalam buku kritik Atas Akal Budi Praktis Immanuel Kant yang bertujuan membuktikan adanya sebuah akal budi praktis yang murni, dan untuk melakukannya buku ini mengkaji seluruh kemampuan pratis akal budi secara kritis. Kemampuan akal budi praktis yang murni juga menguatkan adanya kebebasan transedental. Kebebasan sangat diperlukan oleh akal budi sejauh keberadaannya dapat dibuktikan oleh hukum apodiktik (sangat pasti) akal budi prakis, menjadi dasar dari seluruh arsitektur sistem akal budi murni dan bahkan akal budi spekulatif.
Fungsi teoritis akal budi berkenaan dengan objek-objek dari kemampuan kognitif semata, dan kajian kritis tentang kemampuan ini dengan mengac kepada fungsi tersebut benar-benar hanya berkenaan dengan kemampuan kognitif murni. Dan ini sangat berlainan dengan fungsi praktisnya akal budi yang berkenaan dengan dasar-dasar yang menentukan kehendak, yakni sebuah kemmpuan yang melahirkan objek-objek yang berhubungan dengan konsepsi-konsepsi, atau menentukan dirinya sendiri yaitu kausalitasnya untuk mempenaruhi objek-objek tersebut (terlepas dari apakah kekuatan fisik mendukungnya atau tidak).
Objek tunggal akal budi praktis adalah kebaikan dan kejahatan. Kebaikan dipahami orang sebgai satu objek yang selalu ada dalam hasrat, dan kejahatan dipahami orang sebagai satu objek yang selau ada dalam kebencian, dan keduanya didasarkan atas prinsip akal budi. Jika konsep kebaikan tidak berasal dari hiukum praktis, namun justru berfungsi sebagai dasar kejahatan, hal ini hanya bisa menjadi konsep sesuatu yang eksistensinya menjanjikan kebahagiaan sehingga menentukan kausalitas objek  (hasrat) dalam menghasilkannya. Jadi konsep tentang kebaikan hanya akan mengacu kepada hal-hal yang diasosiasikan dengan sensasi kebahagiaan, dan konsep kejahatan sudah pasti dikaitkan dengan hal-hal yang secara langsung merangsang penderitaan, karena penilaian tentang kaitan sarana dengan tujuan benar-benar menjadi bagian dari akal budi. Namun kebaikan atau kejahatan selalu mengindikasikan satu relasi dengan kehendak sejauh kehendak itu ditentukan oleh hukum akal budi untuk menjadikan sesutu sebagai objeknya, karena kehendak tidak pernah secara langsungditentukan oleh objek dan konsepsi kita atasnya. Namun kehendak adalah satu kemampuan yang dapat menciptakan sutu objek menjadi nyata. Jadi kebaikan atau kejahatan sebenarnya mengacu kepada tindakan bukan kepada kondisi sensorik seseorang.
Inilah tempat bagi penjelasan paradoks metode dalam satu telaah kritis atas akal budi praktis. Paradoknya adalah bahwa konsep kebaikan dan kejahatan tidak didefinisikan sebelum hukum moral, yang tampaknya kedua konsep tersebut akan menjadi dasar, justru konsep kebaikan dan kejahatan harus didefinisikan setelah dan dengan hukum. Hukum moral sebagai suatu dasar penentu formal tindakan melalui akal budi murni praktis, dan terlebih lagi sebagai sutu materi meskipun sepenuhnya menjadi dasar penentu yang murni objektif dari objek tindakan (dengan sebutan kejahatan dan kebaikan), juga merupakan satu dasar subjektif determinasi. Hukum moral, kenyataannya ditujukan kepada kehendak dari apa sempurna hukum kesuciaan. Kehendak setiap mahluk rasional dalam jumlah terbatas, adalah hukum kewajiban, hambatan moral, dan menjadi determinasi tindakannya melalui penghargaan terhadap hukum dan penghargaan atas kewajibannya. Dengan demikian, penghargaan terhadap hukum bukan merupakan pendorong moralitas dan moralitas itu sendiri, yang secara subjektif dipandang sebagai satu pendorong sebagaimana yang dilakukan oleh akal budi praktis, dengan menolak semua klaim lawan tentang cinta diri, memberikan otoritas dan kedaulatan mutlak kepada hukum.
Sifat dasar pendorong dasar akal budi praktis murni adalah hukum moral murni itu sendiri, selama dia memberikan kita mempersepsikan keindahan eksistensi di indrawi kita dan secara subjektif memengaruhi penghargaan terhadap posisi tertinggi mereka dalam diri manusia yang sadar akan eksistensi indrawinya dan sadar akan ketergantungannya terhadap sifat yang dipengaruhi secara patalogis. Jadi kritik atas analitika akal budi, jika ini menjadi akal budi praktis harus dimulai dari kemungkinan adanya prinip-prinsip a priori fundamental praktis.

Politik Sebagai Kesejahteraan Daerah Demokrasi


Banyak kemunculan populisme pro-demokratis dalam praktik politik demokrasi belakangan ini, ini mengarah pada situasi demokrasi dan demokratisasi di berbagai daerah terutamanya membangun demokrasi di tingkat lokal. Banyak tujuan yang ingin di capai dalam demokrasi tingkat lokal, yang secara khusus akan menelaah masalah dan peluang yang dihadapi para aktor pro demokrasi di  Indonesia. Banyak rancangan aksi politik yang mengarah pada situasi dan pengalaman para aktor pro-demokrasi tingkat lokal, serta adanya perbaikan kualitas representasi dan partisipasi publik. Demokrasi sebuah proses menjadi yang dinamis, tak pernah berhenti dan senantiasa membutuhkan campur tangan para aktor yang terlibat didalamnya. Karena itu demokratisasi adalah sebuah proses yang keberlangsungannya amat bergantung pada imajinasi (kepentingan dan ideologi) para aktor tentang demokrasi. Akan tetapi dalam mengangkat demokrasi tingkat lokal menjadi baik dan semestinya masih kurang menjamin, karena masih kuatnya gejala para aktor pro-demokrasi untuk bekerja secara terpisah-pisah, tidak cukup terlihat tanda-tanda penyatuan gerakan secara terintegrasi dan terorganisasi antar aktor.
Permasalahan yang terjadi mengenai demokrasi dan pro-demokrasi serta para aktor politk bagi tingkat lokal maupun bagi Indonesianya sendiri, menurut para definisi dan pemikiran para tokoh sosiologi dengan paradigmanya kita bisa melihat banyak sekali perbedaan yang muncul dalam prosesnya. Karl Marx dengan definisinya mengenai para aktor dan struktur, hubungan antara orang dan struktur-struktur berskala besar yang mereka ciptakan. Di satu sisi struktur-struktur berskala besar itu membantu orang memenuhi dirinya sendiri, di sisi lain mereka menghadirkan ancaman serius bagi umat manusia. Jika para aktor tersebut tidak memberikan kinerja sesuai dengan demokrasi yang sebenarnya maka rakyat akan mengalami dampak atas kelakuan para aktor dan struktur yang terlibat. Menutur Durkheim dengan definisi solidaritas mekanik dan organiknya ini tercermin pada bentuk kerjasama para aktor pro-demokrasi dan masyarakatnya dalam tingkat lokal mereka mencari solusi dan ikut berpartisipasi dalam memajukan daerahnya dan mengangkat arti penting dari sebuah demokrasi, akan tetapi juga masih adanya kekurangan solidaritas mekanik para aktor pro-demokrasi yang sebagian mereka masih bekerja secara terpisah dan individual, malah kebalikannya pihak penguasa elit yang lenih menerapkan solidaritas makanik dalam gerakan penyatuan secara terintegrasi dan terorganisasi seperti saat Jokowi dan Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta.
Marx Weber melihat realita ini dengan berbagai definisinya terutama yang saya ambil mengenai otoritas karismatik. Banyak aktor pro-demokratis yang dipili publik dengan gaya tarik karismanya, ini menjadi relatif tingginya penggunaan metode mobilisasi berdasarkan kepemimpinan karismatik dibeberapa konteks lokal, ini terjadi karena yang sering mereka maksud dengan hal itu adalah bahwa orang tersebut diberkahi kualitas-kualitas luar biasa. Akan tetapi ini bisa berbahya bagi kalangan masayarakat publik mereka memilih aktor yang hanya berkarismatik dalam penampilan akan tetapi tidak berkarismatik dalam membangun tujuan demokrasi secara baik di tongkat lokal dan mempunyai banyak pengetahuan dan cerdas dalam berpolitik dan mensejaherkan publik.

"analisis pendapat sendiri berdasarkan pandangan tiga tokoh sosiologi"

Penyesuaian Kurikulum IPS dengan Tuntutan Perubahan Global

Dalam standar kompetensi mata pelajaran  Pengetahuan Sosial Depdiknas (2003:5) dinyatakan “melalui mata pelajaran Pengetahuan Sosial, peserta didik diarahkan, dibimbing dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga negara dunia yang baik”.
Menjadi warga negara  dan warga negara dunia yang baik merupakan tantangan yang berat karena masyarakat global selalu mengalami perubahan yang besar setiap saat, untuk itulah pengetahuan sosial harus dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan peserta didik dalam kehidupan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang secara terus menerus.
Kemajuan ilmu dan teknlogi menambah penegtahuan kita tentang bumi. Namun demikian, kemajuan teknologi yang mendorong industrialisasi menghasilkan dampak negatif seperti polusi dan limbah industri yang mengotori tanah, air, dan udara tidak hanya ditempat sumber limbah akan tetapi juga secara global. Untuk menanamkan betapa berharganya bumi, dan bagaimana memliharanya dan melestarikannya, sebaiknya kepada siswa dimasukkan pengetahuan dan pemahaman tentang bumi beserta subsistemnya seperti terbentuknya dan evolusi bumi sebagai salah satu planet dalam sistem alam semesta, siklus iklimnya, kekayaan energi bumi, dan lain-lain. Selanjutnya perlu juga dipelajari tentang kesehatan masyarakat, kependudukan, kekayaan alam, ilmu dan teknologi dalam tantangan lokal, nasioanal dan global. Topik-topik demikian haruslah masuk dalam kurikulum IPS.
Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai dampak kemajuan ilmu dan teknologi, seta dengan masuknya era globalisasi, membawa pengaruh yang multidimensional. Di bidang pendidikan perubahan ini dituntut oleh kebutuhan siswa, masyarakat dan lapangan kerja. Salah satu bentuk perubhan yang dituntut dari kurikulum IPS adalah meneyesuaiakan dengan perubahan yang terjadi secara global.
Karena itu melalui jalur pendidikan IPS, sejak dini peserta didik sudah harus dibiasakan berfikir global, melihat gejala sesuatu dengan prespektif global. Menurut Nursid Sumaatmadja dan Kusawaya Wihardi, (1999:14): “yang dimaksud dengan prespektif global adalah suatu cara pandang atau cara berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari sudut pandang global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untuk kepentiga global”.
Era globalisasi yang ditandai dengan adanya pesaingan yang semakin tajam, arus deras dari informasi dan komukikasi, keterbukaan merupakan salah satu pendorongnya, apabila kita tidak mengikutinya dengan seksama menyebabkan ketertinggalan. Ketertinggalan ini disebabkan juga karena globalisasi merupakan proses dimana manusia di bumi ini di-inkorporasikan atau dimasukkan kedalam masyarakat dunia yang tunggal, yaitu masyarakat yang global, dan dalam proses itu kejadian, keputusan dan kegiatan disalah satu bagian dunia menjadi konsekuensi yang signifakn bagi invidu atau masyarakat didaerah  lainnya yang jauh dimuka bumi ini (Nursyid:1999:15). Selain itu, globalisasi juga melahirkan masyarakat yang terbuka, yang memberikan nilai kepada individu, kepada hak dan kewajiban sehingga semua manusia mempunyai kesempatan yang sama. Untuk mengembangkan kemampuannya bagi kemajuan bangsa.
Landasan pemikirannya lainnya adalah karena bumi tempat yang kita huni adalah planet yang sudah unik dan berharga. Keindahan dan nilai bumi bagi manusia dapat kita temui melalui bacaan dan lukisan. Untuk itulah manusia harus menunjukan apresiasinya yang tinggi dengan penuh pengertian mengenai subsistem bumi dan dengan perilaku yang bertanggung jawab untuk kelestariannya. Selain itu bumi kita juga sangat rapuh dan sumber daya alamnya terbatas, pengunaannya oleh manusia sering kali berlebih-lebihan dan disalah gunakan. Salah satu sikap manusia yang demikian tidak lain karena pertambahan jumlah penduduk yang terus menerus yang mempercepat habisnya kekayaan alam, pengerusakan lingkungan, dan pemusnahan mahluk bumi lainnya.


"Daftar Pustaka"
Gunawan Rudy, (2013). Pendidikan IPS filosofi konsep dan aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Problema Pembelajaran IPS


Sebenarnya kurikulum IPS 2004 sudah melihat kemungkinan (menganstisipasi), setidak-tidaknya untuk waktu sepuluh tahun kedepan dalam hal fenomena yang ada baik di tingkat masyarakat lokal, nasional, maupun global. Tetapi itu hanya kurikulum dalam bentuk ide dan dokumen, namun kurikulum dalam bentuk implementasi (proses), masih akan sangat dipengaruhi oleh bebrapa masalah, yaitu:
1)   Sebagian besar guru IPS belum terampil beberapa model pembelajaran seperti cooperative learning, inquiry, problem solving, atau dengan menggunakan pendekatan prespektif global misalnya.
2)   Ketersediaan alat dan bahan belajar disebagian sekolah, ikut mempengaruhi proses belajar mengajar IPS.
3)   Karena itu (point 1 dan 2), proses belajar mengajar IPS masih dilakukan dalam bentuk pembelajaran konvensional, sehingga peserta didik hanya memperoleh hasil secara fatual saja, dan tidak mendapat hasil proses.
4)   Dalam hal implementasi atau proses pelaksanaan kurikulum ini, guru yang mendapat sosialisasi dalam bentuk penataran atau diklat sangat terbatas sekali, sehingga faktor ini juga menyebabkan mereka masih belum memahami hakikat kurikulum baru ini sebagaimana mestinya.
5)   Sebagian besar masyarakat Indonesia belum siap untuk menghadaptasi atau mengadopsi budaya dan peradaban asing yang mulai merambah secara global, karena berbenturan dengan nilai-nilai tradisi ataupun agama.


"Daftar Pustaka"
Gunawan Rudy, (2013). Pendidikan IPS filosofi konsep dan aplikasi. Bandung: Alfabeta.